Transformasi Menyongsong Era New GM

Posted in: Mini Cases by firzan on January 1, 2010

Anda sudah melihat film Transformers yang menggambarkan robot-robot perkasa jelmaan sebuah mobil? Itulah cara yang dipilih General Motor (GM) untuk mengkomunikasikan kepada masyarakat luas bahwa perusahaan otomotif asal Amerika ini masih tangguh, meski badai krisis menerpanya. Bagaimana dengan GM Indonesia?

Krisis global yang menghantam dunia akhir tahun lalu, buat General Motor Autoworld Indonesia (GMAI) adalah tikaman yang kedua kalinya. Pada 2005, GMAI melakukan restrukturisasi dan terpaksa me rumahkan ratusan karyawan. Di saat mereka berbenah dan mulai bangkit, tahun ini mereka kembali diuji. GM di AS harus menelan pil pahit dan sempat menyatakan diri bangkrut. Presiden Barack Obama sampai turun tangan untuk melindungi salah satu ikon otomotif negeri adi daya tersebut dari kebangkrutan.

Meski ibu kandungnya tengah sakit parah, GMAI memilih survive melewati badai krisis. Bersyukur, dengan tim yang solid, GMAI mampu membuktikan diri. Marketing and Public Relations Director GMAI, Debora Amelia Santoso, menuturkan, di Indonesia GM justru mencatat pertumbuhan positif.

Lia, sapaan akrabnya, menjelaskan posisi GMAI terhadap GM Pusat. Menurutnya, Indonesia termasuk salah satu negara dari 11 emerging market – pasar-pasar yang muncul dan berkembang. “Di Asia pasar yang bisa dikatakan besar adalah India, sedangkan di Amerika Latin dipegang Brazil. Indonesia mendapat kehormatan sebagai emerging market dari Asean, karena potensi pertumbuhan untuk industri otomotifnya tinggi sekali,” imbuh Lia.

Seandainya tidak ada krisis, Lia menyebutkan, GMAI bisa mencetak prestasi lebih baik lagi. “Selama semester pertama 2009, pertumbuhan total industri otomotif di Indonesia turun 20%, tapi menariknya GM Indonesia malah naik 10%,” papar Lia dengan bangga.

Hasil ini merupakan kejutan, karena di tengah krisis GMAI justru tumbuh dua kali lipat. Di akhir 2007 GMAI mencapai penjualan 1.330-an unit dan menutup 2008 dengan penjualan mantap 2.600- an unit. “Itulah yang terjadi dan orangorang bertanya, bagaimana caranya GM Indonesia bisa melampaui itu, karena pemain-pemain raksasa lainnya di semester pertama tahun ini nyungsep semua. Perusahaan otomotif rata-rata turun 20%, sementara kami justru bertumbuh secara positif,” tuturnya.

Lia tidak bisa menutupi rasa gembiranya. Secara blak-blakan ia mengatakan pihaknya tengah menghadapi happy problem lantaran jumlah permintaan produk lebih banyak daripada supply. “Untuk produk terbaru Captiva All- Whell-Drive indennya sampai bulan Oktober. Kami sebenarnya tidak ingin orang menunggu sekian lama, tapi itulah kondisinya. Padahal kami sudah berjaga-jaga dengan memesan ke Thailand dalam jumlah yang tidak terlalu banyak karena tidak ingin menjadi stok, eh ternyata situasinya terbalik, ordernya melebih stok yang ada,” ungkapnya.

Tanggal 10 Juli lalu GM Pusat dinyatakan sudah keluar dari pasal bancrupcy dan kini muncul sebagai New GM Company di Amerika. Jelas, hal ini menjadi tambahan energi bagi GMAI. Namun demikian, GM tetap harus berjuang keras mengeluarkan segala daya dan upayanya untuk benar-benar sembuh.

Lia memberikan gambaran sulit yang dialami timnya. “Kami gerah karena setiap hari mendengar berita bahwa GM bangkrut dan Presiden Obama sampai ikutan speech. Yang kami lakukan adalah, GMAI harus menunjukkan semangat dan passion. Selain itu, di kantor dibudayakan jangan sampai bete. Jadi, harus selalu senyum,” ujarnya.

Kelihatannya sepele. Tapi orang sangat mudah mendeteksi perubahan melalui ekspresi dan emosi. “Kami bisa bilang baik-baik saja, tapi kalau mukanya ditekuk, mereka bisa lihat. Kami di dalam harus solid dulu. Di samping itu, kami harus memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada seluruh karyawan,” imbuhnya.

Tak jarang Lia bersama seluruh direksi mengumpulkan sekitar 30 karyawan permanen dan sekitar 50 karyawan kontrak untuk memberikan update mengenai perkembangan perusahaan. “Kami melakukan knowledge sharing tentang apa yang terjadi di GM. Seluruh karyawan boleh bertanya apa saja sehingga segala uneg-uneg dan kekhawatiran bisa terjawab dan selesai saat itu. Mereka pun tidak harus mencari-cari sumber dari luar,” paparnya.

Di sisi lain, Lia melanjutkan, mana jemen mengajak karyawan menggenjot prestasi. Jualannya harus lebih ‘gila-gilaan’ dalam arti effortnya double action. “Kami sampaikan ke media kondisi GM tanpa kami tutuptutupi,” tuturnya. Hasilnya, menurut Lia, hubungan baik dengan media tetap berjalan. Buat internal, support dari luar menjadi tambahan motivasi sehingga tidak ada alasan bagi karyawan untuk loyo. “Kami mengajak divisi lain untuk terlibat, sehingga mereka bisa merasakan dan sekaligus bisa membangkitkan motivasi,” jelas Lia.

Setelah urusan motivasi karyawan beres, Lia menantang timnya untuk menyikapi krisis dengan cara meningkatkan profesionalisme. Misalnya, masingmasing karyawan dituntut untuk bisa memiliki 2-3 skills sekaligus.

Lia melakukan empowering kepada karyawan dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk berkembang. “Contohnya, kalau ada tugas ke luar negeri, siapa yang belum pernah ke sana ayo silakan pergi. Bisa saja saya yang diundang, tapi saya tawarkan kepada anggota tim yang lain, sehingga pada saat ada jadwal kerja ke luar negeri saya tenang karena ada yang mewakili,” katanya.

Supertim juga menjadi perhatian manajemen GMAI. Lia menggambarkan, kalau ada anggota tim yang mempunyai ide bagus dan dia menguasai konsepnya, orang ini diajak meeting dengan direksi. “Karyawan dikasih kesempatan untuk presentasi agar semua orang tahu bahwa ide itu berasal dari dia. Dengan begitu, kreativitas mereka lebih berkembang,” ujarnya.

Untuk menentukan level karyawan, GMAI menganut management by objective. Asal target yang sudah ditentukan bisa tercapai, karyawan akan naik dengan sendirinya. “GMAI tidak menganut istilah leveling karena organisasinya kecil, sehingga strukturnya cenderung fl at. Cuma yang diperjuangkan adalah, karyawan mendapat kenaikan gaji yang proporsional sesuai prestasinya,” Lia menjelaskan.

Mengenai jam kantor, Lia mengungkapkan, aturan di GMAI tidak baku seperti perusahaan pada umumnya. “Kami tidak mau tahu mereka datang jam berapa ke kantor asal target terpenuhi, ya fi ne. Misalnya, ada yang minta izin nggak masuk kantor karena nggak enak badan tapi bisa mengerjakan tugas lewat online, bagi saya no problem. Tapi saat deadline, karyawan harus mengirim pekerjaannya sehingga target pekerjaan terpenuhi,” ujarnya.

Sumber: http://www.portalhr.com/majalah/edisisebelumnya/strategi/1id1374.html

Pembahasan:

Berbeda dengan induk perusahaannya sendiri yaitu General Motors (GM) di AS, General Motor Autoworld Indonesia (GMAI) memilih survive melewati badai krisis. Pada semester pertama 2009 di saat pertumbuhan total industri otomotif di Indonesia turun 20%, GM Indonesia justru naik 10%.

Salah satu kunci sukses bertahannya GMAI adalah pada kemampuannya dalam memberikan motivasi dan melakukan empowering kepada karyawan dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk berkembang. Secara berkelanjutan, seluruh direksi mengumpulkan sekitar 30 karyawan permanen dan sekitar 50 karyawan kontrak untuk memberikan update mengenai perkembangan perusahaan. Mereka melakukan knowledge sharing tentang apa yang terjadi di GM. Seluruh karyawan boleh bertanya apa saja sehingga segala kekhawatiran bisa terjawab dan selesai saat itu. Mereka pun tidak harus mencari-cari sumber dari luar.

Karyawan juga diberikan kesempatan memberikan ide dan masukan kepada perusahaan. Jika ada karyawan yang mempunyai ide bagus dan dia menguasai konsepnya, orang ini diikut sertakan dalam meeting dengan direksi. Dengan begitu, kreativitas karyawan dapat lebih berkembang.

Cara terbuka dalam Knowledge sharing seperti ini terbukti dapat membuat GMAI bertahan dan bahkan meningkatkan pertumbuhannya sebesar 10% di tengah krisis.

Tags:

No Comments »

No comments yet.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URL

Leave a comment